31 October 2008

PERJUANGAN MELANJUTKAN REVOLUSI INDONESIA BERDASARKAN PANCASILA YANG SPIRITUAL UNIVERSAL

Indonesia sebagai Negara yang mempunyai kekayaan alam berlimpah tiada tara di dunia, laksana untaian ratna mutu manikam di Asia Tenggara yang bertaburan di garis khatulistiwa bukanlah hanya sekedar rangkaian kata hampa makna, Indonesia adalah salah satu Negara Besar Adi dunia, sejarah mencatat Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Mataram kuno, Singosari, pernah menjadi Kerajaan-Kerajaan Besar dan sangat besar yang berdiri di bumi Indonesia. Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 mempunyai kekuasaan besar, di bawah kepemimpinan MahaRaja Hayam Wuruk (16 tahun pada saat naik tahta), yang arti harfiahnya adalah ayam jago mabok untuk menggambarkan keberanian dan keterampilan dalam berkelahi. Hayam wuruk bergelar Sri Rajanegara adalah raja terbesar dengan wilayah seluas hampir sama dengan wilayah NKRI kini, bahkan meliputi Malaka (1350-1389). Bersama Maha Amangkubumi Gajah Mada, Hayam Wuruk membawa Majapahit ke masa keemasan, dengan armada laut yang kuat di bawah pimpinan laksamana Nala. Menurut Kitab Negara Kertagama (Mpu Prapanca) wilayah Majapahit meliputi: Seluruh jawa (Jawadwipa): Jawa Madura, Galiyao (Kangean-Bawean), Seluruh Pulau Sumatra (Swarnadwipa atau Andalas), Seluruh Pulau Kalimantan (Nusa Tanjungnagara), Seluruh Semenanjung Melayu (Hujung Medini), Seluruh Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Seluruh Sulawesi (Sakasnusa), seluruh Maluku, Seluruh Irian Barat (Papua Barat). Sedangkan Negara Tetangga Majapahit adalah Siam (Syanka), Dharmanegara, Martaban (Bima), Kalingga (Rajapura), Singhanagari, Champa, Kemboja, Amnam (Yawana). Gajah Mada menempatkan seluruh daerah kekuasaan Nusantara dalam lingkungan Asia, terbagi atas 3 lingkar: Majapahit sebagai pusat, Negara Tetangga sebagai lingkar dalam untuk buffer, dan Negara Besar (Tiongkok dan Hindustan) sebagai lingkar luar. Dalam mengemban amanat mempersatukan Nusantara, Maha Amengkubumi Gajah Mada mengucapkan Tan Amukti Palapa (Sumpah Palapa): “Saya tidak akan merasakan Palapa, sebelum Nusantara seperti Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Sunda, Bali, Palembang, Tumasik (Singapura) di bawah kekuasaan Majapahit.” Gajah Mada melaksanakan Sumpah Palapa dengan konsekwen, meski tidak selalu mulus. Sebagai pelurusan sejarah, dengan geopolitik kekuasaan sebesar itu, hal itu dilakukan dalam rangka membendung dan melawan arus agresi ambisi Mongolia menaklukan Kerajaan-Kerajaan di dunia, walaupun visi ini gagal sehingga Kekaisaran Majapahit runtuh, hancur lebur dikarnakan Hayam Wuruk jatuh cinta kepada Dyah Pitaloka Citrayasymi yang sangat cantik, putri pasangan Raja Linggabuwana dengan Sumbang Larang (Lara Linsing) dari Sunda (Galuh Kawali).Pitaloka mempunyai tiga adik, Niskala menjadi Raja Galuh, seorang menjadi Raja Cirebon, Cakrabuwana (Walang Sungsang), dan Lara Santang. Galuh Kawali mempunyai ikatan keluarga dengan Cirebon dan Banten. Rencana perkawinan Hayam Wuruk dengan Pitaloka dijadikan komoditas politik oleh Gajah Mada. Gajah Mada meminta agar Pitaloka dipersembahkan sebagai tanda takluknya Galuh kepada Majapahit. Merasa begitu terhina, Linggabuwana dan para pengikutnya memilih gugur dalam peperangan yang tak seimbang. Perang Bubat tahun 1357 adalah salah satu contoh kegagalan Gajah Mada dalam mengimplementasikan Sumpah Palapa.Dari peristiwa itu, terjadilah ketegangan antara Gajah Mada dengan Hayam Wuruk Gajah Mada memandang Hayam Wuruk mengkhianati komitmen perjuangan Majapahit dikarnakan ambisinya untuk menikahi Puteri dari Kerajaan yang tidak ingin takluk kepada Majapahit, salah satu hal lagi yang mengakibatkan runtuh dan berdirinya suatu kerajaan baru, infiltrasi kebudayaan dan agama baru, Islam, melahirkan Kerajaan Islam Pertama, Kesultanan Demak Bintoro pada tahun 1478, dengan Sultan pertama bernama Raden Patah. Raden Patah memakai busana dan upacara warisan Majapahit saat dinobatkan oleh Sunan Giri, Raden Patah bergelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah, dan lajim disabut Sultan Bintara (1478-1518).selain memperluas wilayah kekuasaannya, Raden Patah giat dalam menyebarkan Agama Islam dan mengembangkan perdagangan. Kemudian Demakpun runtuh, lahirlah Mataram Baru dibawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646) yang tidak lama sebelum Sultan Agung dinobatkan, VOC telah menginjakan kakinya di Banten, di Bumi Indonesia pada tahun 1610. Inilah sejarah pertama kali Bangsa besar ini melakukan kerjasama perdagangan dengan pihak asing diluar Benua Asia, pedagang Kerajaan Belanda dari Benua Eropa. yang terus menerus hingga berubah menjadi agresif kolonial, penjajahan, Mataram Baru menjadi Kartasura, Kartasura mengalami kerusuhan hebat mengakibatkan Istana Kesultanan hangus terbakar, diwilayah yang baru di temukan dengan nama Sala sekarang Solo dibangun kesunanan baru bernama Surakarta Hadiningrat diambil dari kebalikan nama Kartasura, sementara Hadiningrat adalah gelar Kesunanan dendan Raja bergelar Susuhunan Pakubuwana.Dibawah kepemimpinan Pakubuwana ke-2 Surakarta terjadi pemberontakan salah satu Pangeran yang bernama Pangeran Mas Said atau Samber Nyawa yang menganggap Pakubuwana ke-2 terlalu takluk, lemah kepada Belanda, selalu menerima intervensi dan kompromis dari Belanda. Samber Nyawa mendirikan Kepangeranan Mangkunegaran, inipun salah satu sejarah dimana kerajaan pertama kali yang diberikan ijin oleh Belanda untuk membentuk dan mempunyai balatentara berbentuk Legium Tentara di bumi Indonesia, tidak jauh dari peristiwa ini, Pangeran Mangkubumi-pun berontak yang kemudian mendirikan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Hamengkubana, pengaturan pembagian kekuasaan, wilayah, benda-benda pusaka tradisi kebudayaan dan lain-lain diatur dalam perjanjian Giyanti (1755). Ngayogyakarta-pun terpecah sehingga berdirinya kerajaan Pakualaman. Inilah gambaran sejarah singkat tentang, apa, dan bagaimana Kerajaan-Kerajaan berdiri dan kemudian hancur serta melemah, dari keterangan diatas saya akan uraikan, leburkan dan perbandingkan dengan Era terbentuknya sistem kekuasaan moderen dan Negara baru.

Tahun 1908, terjadilah pergerakan pemuda membentuk Jong Java, Jong Ambon, Jong Sunda, Jong Sumatera dan Jong-Jong lain di daerahnya masing-masing, kemudian pada tahun 1928 bersatu mengucapkan Sumpah PemudaKami, Pemuda Indonesia, Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia. Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia. Menjungjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia (bukanlah ber-Bahasa Satu, Bahasa Indonesia yang selama ini sering diucapkan, mengapa? Karna bahasa kita sangatlah beraneka ragam, bahasa Jawa,Sunda,Bali dan bahasa-bahasa daerah lainnya. Oleh karna itu kita hanya dapat menjungjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia). Menjadi suatu tonggak sejarah, awal dari suatu pergerakan mengarah Indonesia Merdeka. Ditambah lagi oleh perjuangan yang begitu hebat-hebatan dari seorang pemuda yang bernama Sukarno, tahun 1933 dalam maksud pembelaannya di pengadilan tinggi belanda di bandung atas pergerakan-pergerakan yang dipimpinya untuk mengarah Indonesia Merdeka, pledoi “ INDONESIA MENGGUGAT “ yang begitu menggetarkan siapapun mendengarnya. Sukarno lahir 06 Juni 1901 di lawang seketeng, Surabaya, Jawa Tengah. Dari Ibu yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben, berkasta Brahmana dari Bali dan Ayah, Raden Mas Sukemi Sastrodiharjo seorang guru dari pulau Jawa. Sukarno kecil layaknya anak lain, Beliau mandi di sungai, berkelahi, nonton wayang adalah kegemarannya. Hingga beranjak dewasa dan mengemban pendidikan di HTS (ITB) bandung, Jawa Barat. Pergerakannya dimulai dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia. setamat dari HTS bersama teman-temannya dan menolak tawaran bekerja di perusahaan Belanda dengan gaji yang besar, Sukarno merasa hidupnya milik Tuhan, dan apa yang Beliau lakukan adalah untuk kemasalahatan umat manusia Indonesia serta Dunia. Inilah ciri dari seorang pemimpim besar bangsa Indonesia dan Dunia, segala sesuatu yang dilakukannya mengarah kepada kebaikan banyak umat, dirinya sadar bahwa seorang abdi Tuhan dan selalu berorientasi kepadaNya. Dampak perjuangannya, pecahlah Revolusi Indonesia yang bersifat multi-komplek, mencakup sosial, budaya, politik, ekonomi dan aspek lainya menuju cita-cita Bangsa Indonesia, mencapai Indonesia Adil dan Makmur. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah dikatakan dengan tegas oleh Sukarno bahwa kemerdekaan ini bukanlah merupakan tujuan, melainkan sebagai jembatan emas dan alat belaka untuk cita-cita dalam kehendak membentuk masyarakat adil, makmur, aman dan sentosa. Garis besar arti isi Prokalamasi 17 Agustus 1945 itu ialah; bahwa detik diumumkannya itu merupakan saat cetusan bergejolaknya revolusi rakyat Indonesia, dengan pimpinan Sukarno, sebagai peniadaan imprealisme-fasisme dan sisa-sisa feodalisme. Inilah sebagian kecil yang dapat saya informasikan kepada seluruh bangsa Indonesia khususnya generasi muda, seluruh Pemuda-Pemudi harapan Bangsa Indonesia, mengenai siapa pemimpin besar penabuh gendrang revolusi Indonesia. Revolusi adalah suatu kata yang mempunyai arti perubahan, perubahan kepada hal yang lebih baik, maju dan cepat. Oleh karna itu kata revolusi sangat harmonis bersandingan dengan kata progresif, Progresif Revolusioner, Revolusi, lawan dari kata-nya adalah evolusi, yaitu perubahan dengan tempo yang lamban bahkan sangat lamban. Maka dari hal ini kita mestilah memilih Revolusi. Revolusi Indonesia terhenti pada tahun 1965 setelah adanya G 30 S/PKI (Gerakan 30-September/Partai Komunis Indonesia), yang sesungguhnya kita katakan sebagai GESTOK (Gerakan 1 Oktober), mengapa? Karena saat peristiwa itu terjadi telah melewati pukul 24.00, penjelasannya: ( hari dan tanggal akan berganti jikalau jarum jam telah melewati pukul 24.00), begitupun dengan penggunaan PKI di belakang G30S, yang seharusnya adalah G 30 S/Soeharto. Mengapa? Karna dialah otak dari gerakan ini sebagai langkah menuju ambisi kekuasaannya, PKI hanyalah korban dari politik adu dombanya Soeharto yang tiadalah berbeda dengan Belanda menetapkan politik Devide et Impera. Tindakan ini sangatlah bertentangan dengan revolusi, tindakan ini adalah tindakan yang kontra revolusi, ketentuannya, siapa yang kontra dengan revolusi adalah mati. Tindakan Soeharto adalah illegal, tindakan mengkudeta dari kekuasaan yang sah, Pemerintahanya adalah tidak sah karna tidak secara konstitusional, Soeharto adalah pengacau, perusak jalannya perjuangan revolusi, dialah Rahwana Dasamuka bermulut sepuluh. Ditambah lagi antek-anteknya laksana anjing-anjing yang berebut tulang (kekuasaan), hasil dari peristiwa ini adalah bagi-bagi kekuasaan antara soeharto dengan pengikutnya. Rakyat hanya di tinggalkan kepedihan dan kesengsaraan, Negara sangatlah kacau balau atas ulah jongos kapitalis, imprealis barat ini, kemasan yang di perlihatkan selama pemerintahanya tiada berbeda dengan perusahaan penjual obat palsu, memberikan kata-kata manis atas hasil perjuangannya, gambaran yang terkesan sejahtera dan sukses atas program pembangunannya yang kemudian hari menjadi beban besar buat penerus bangsa ini, segala macam kebijakannya hanyalah untuk kepentingan kelompok dan Amerika sebagai sponsor perjuangannya, Mahasiswa dengan almamater kuning pun (Universitas Indonesia), yang kemudian menyatakan mereka sebagai Angkatan 66 (1966) tidak pernah sadar bahwa aksinya itu dijadikan alat berkepentingan sekelompok untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah di bawah pimpinan Bapak Bangsanya, Mereka itulah anak-anak setan yang tidak tahu diri, tidak tau balas budi, mereka anak-anak yang kualat. Celakanya lagi anak-anak setan itu masih bercokol di sendi-sendi penting Pemerintahan hingga saat ini. Reformasi hanyalah tambal sulam daripada revolusi, Gerakan Reformasi 1998 secara keseluruhan gagal total sama sekali, kepala rezim memang tumbang namun kroco-kroconya masih dapat menggrogoti Negara laksana tumor di dalam tubuh. Apakah ini yang kita inginkan, apakah ini yang saudara, saya, kalian, Rakyat inginkan, tegas aku katakan ti…dak sama sekali, ini bukanlah yang kita inginkan, ini bukanlah Manusia yang benar inginkan. Lantas apa yang harus kita lakukan? Kembalilah kepada AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) kembalilah kepada UUD 1945 dan Pancasila sebagai landasan serta Jiwa perjuangan kita, yakinilah benar-benar ajaran Bapak Bangsa, Presiden Pertama, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Penggali Pancasila sebagai ideologi Bangsa Negara kita dan Dunia,Manipol USDEK (Undang-Undang Dasar, sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Berdikari, Kepribadian dalam Kebudayaan), TRISAKTI, RESOSPIM dan PANCASILA sebagai acuan kita untuk selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Perjuangan Revolusi haruslah kita teruskan hingga tercapai cita-cita bangsa Indonesia dan saya serukan kepada seluruh Rakyat Indonesia, khususnya Pemuda-Pemuda sebagai generasi penerus untuk bangkit dan bergabung dalam barisan Gerakan Persatuan Pemuda Pemudi Progresif Revolusioner atau wadah lain yang mempunyai tujuan sama untuk mengembalikan Negara kepada arah yang sudah diatur UUD 1945 sesungguhnya, perjuangan kita sangatlah berat, lawan kita adalah saudara kita sendiri,tetapi itu bukanlah suatu hal yang dapat mematikan api perjuangan kita, perjuangan kita akan tetap selalu berorientasi kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita adalah abdi-abdi Tuhan yang pantas menyambut sinar matahari pagi, perjuangan kita tetap kepada jalan dan cara perdamaian, tetapi bukan berarti kita tidak siap menerima peperangan, Revolusi memang kadang kali tidak menutup kemungkinan kita dihadapkan peperangan, dalil dalam revolusi ini kita tidak pernah memandang suatu kompromis, yang dalam revolusi kita kompromis maka kita akan terseret sampai kiamat sama sekali, Tiada peduli siapapun, Bangsa apapun jikalau menolak jalannya Revolusi Indonesia ke-2 ini, maka dia akan digiling gilas oleh roda Revolusi itu sama sekali, Dengan tegas aku katakan, amar ma’ruf nahi mungkar’ kerjakan itu dengan selalu memohon kepada Tuhan, baru engkau menerima pahala dari surga, Mobilisasi umum akan datang, kekuatan revolusi menuju permukaan bumi Indonesia, melebihi keinginan manusia terbebas dari kesengsaraan. Kekuatan itu akan sungguh terasa dan teramat besar di bawah Pemimpin Besar Revolusi ke-2.

Sekian terimakasih. Salam Damai Penuh Kasih.

Merdeka!

Jakarta, 27 Oktober 2008

Sefwelly Ginanjar Djoyodiningrat